Awalnya, saat pertama kali mengajar di sekolah. Saya mengamati beberapa murid menunjukkan minat dan bakat berkarya seni. Misalnya melukis, tapi belum ada kegiatan untuk mengembangkan potensi murid. Temuan hasil pengamatan ini membuat saya resah, karena tanpa ada wadah untuk mengasah kreativitas dan potensi diri, murid ABK tak akan dapat melatih kemandirian dan mengembangkan karir setelah lulus nanti.
Tantangan yang saya hadapi menemui kendala pada murid ABK bervariasi karakteristik dan kemampuan cara belajar. Kendala ini yang saya temui mempengaruhi proses pengembangan potensi dan karir murid. Misalnya, murid ABK DS (Down Syndrome) masih malu-malu dan kurang percaya diri dalam mengasah minat melukisnya di kelas, apalagi waktu yang diberikan di kegiatan pembelajaran terbatas. Selain itu, jam mata pelajaran seni budaya juga tidak mampu menunjang proses pengembangan minat melukis, karena tujuan pembelajaran tidak selaras dengan cara belajar murid ABK yang bervariasi individu. Mengingat bahwa tujuan mengembangkan minat, bakat dan potensi murid ABK tidak sama dengan murid non-disabilitas. Cara belajar murid ABK membutuhkan proses bertahap-tahap yang kompleks dan waktu panjang.
Saya melakukan percakapan santai dengan rekan guru, kepala sekolah, dan ketua yayasan tentang rencana kegiatan tambahan bernama ekstrakurikuler. Tujuan kegiatan eksul untuk mengembangkan kreativitas, bakat, potensi, mandiri dan karir murid. Setelah itu, saya membuat rencana program kegiatan eksul dengan konsep inklusi. Fasilitas sarana prasarana disediakan sesuai assesmen, kebutuhan belajar murid, dan kondisi kesiapan sekolah. Murid dapat memilih jenis eskul sesuai minat masing-masing. Murid yang bercita-cita mau jadi pelukis, memilih eksul melukis. Murid yang bercita-cita mau jadi pengrajin kain shibori, memilih eskul shibori. Murid yang bercita-cita mau jadi petani, memilih eskul hidroponik.
Setelah melalui proses yang
panjang dan bertahap-tahap, bakat dan potensi murid berkembang menjadi lebih
baik daripada sebelumnya. Murid-murid dapat mengeksplorasi kreativitas dan
memberdayakan diri, bahkan setelah lulus ada murid memilih karir sebagai
wirausaha. Salah satu murid ABK DS (Down
Syndrome) setelah mengikuti kegiatan eskul melukis selama 2 tahun, dia
mulai menunjukkan rasa percaya diri dan tidak malu-malu serta mampu menggambar
dan mewarnai secara mandiri. Selain itu, saya dapat menularkan semangat berdaya
untuk murid pada sesama rekan guru, sehingga beberapa kegiatan eksul dibuat
sesuai keahlian guru tersebut.
Penulis:
Annisa Anggraini, S. Pd
Guru
di SLB BCD Nusantara Depok