Minggu, 20 Januari 2013

Pidato Kemerdekaan Republik Indonesia


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah SMA Al-Madinah
Yang terhormat Bapak/ibu guru SMA Al-Madinah
Yang terhormat para hadirin sekalian yang kami muliakan!

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, pada hari ini kita semua masih diberi kesempatan untuk ikut serta memeriahkan acara hari ulang tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke-65 dalam keadaan sehat wal-afiat.

Selanjutnya dengan memperingati hari ulang tahun kemerdekaan kita ini kami berharap, semoga kita lebih meningkatkan rasa cinta kita pada tanah air dan bangsa, lebih meningkatkan daya juang kita terhadap bangsa dan negara, lebih mempersatukan jiwa dan segenap raga kita untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Hadirin sekalian yang berbahagia, jika kita kenang perjuangan para pahlawan tahun 1945 maka terlintas jelas di benak kita bahwa semangat pertempuran yang bagaikan api yang tak kunjung padam itu begitu hebat menyatu pada jiwa para pahlawan pejuang 45 itu. Namun demikian tak kalah pentingnya dengan peran kita semua sekarang ini. Perjuangan belumlah selesai. Korban telah banyak berjatuhan maka marilah kita tingkatkan terus jiwa dan semangat 45, dengan mewujudkan jiwa pembangunan yang tangguh.

Kemakmuran berdasarkan keadilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa belum kita capai. Untuk itu masih banyak yang harus kita perjuangkan. Kemerdekaan sebagai warisan para pahlawan kita ini hendaknya kita isi dengan jiwa pembangunan tanpa mengenal kepentingan pribadi terlebih dahulu.

Jiwa dan semangat 45 ialah jiwa dan semangat kebersamaan. Jiwa yang mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan. Untuk itu pula maka kita wajib menigkatkan rasa solidaritas berbangsa dan bernegara. Persatuan dan kesatuan nasional lebih di atas kepentingan kita secara pribadi dan golongan. Tumbuhkan terus semangat kebersamaan dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan.

Insya Allah harapan bangsa Indonesia mencapai kehidupan yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala tercapai dengan menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan nasional Indonesia. 
Amin, amin, yaa robbal ‘alamin.

Akhirul kata, selamat berjuang, selamat membangun bangsa dan negara kita tercinta ini.
Dirgahayu Indonesiaku! Merdeka!

Wassalamualikum warahmatullahi wabarakaatuh

Jumat, 18 Januari 2013

Jelajah Baduy part II


Desa Ciboleger, jam 11.30 WIB 

patung selamat datang di desa Ciboleger
Akhirnya, kami sampai di tempat tujuan, Desa Ciboleger. Kami pun turun dari angkot yang kami naiki, dan bersyukur bisa sampai di tempat itu. Di Desa Ciboleger itu kami disambut patung yang besar bertuliskan “SELAMAT DATANG KE DESA CIBOLEGER”. Di atas benda yang berbentuk tabung terdapat empat patung manusia yang berpenampilan khas suku Baduy.

Setelah sampai, kami beristrirahat dan makan siang dulu sebelum ke kampung Baduy. Setelah itu, saya dan teman-teman angkut tas besar dan berat layaknya mau hiking ke gunung dari tempat desa Ciboleger menuju ke desa Kanekes (kampung Baduy) yang jalannya menanjak melewati perkampungan desa Ciboleger.

Desa Cibologer yang menjadi tempat tujuan awal ke kampung Baduy Luar yang berada di desa Ciboleger itu berada di atas bukit yang dikelilingi pepohonan hutan hijau yang agak lebat, tetapi ada beberapa hektar hutan yang pohon-pohon ditebang di sekitar hutan desa Kanekes.

Sebelum ke desa Kanekes, kami singgah dulu di penginapan untuk mau sholat dhuhur dan ke kamar mandi dulu. Setelah itu, kami menuju ke desa Kanekes. Ketika sampai di desa Kanekes, saya sempat membaca peraturan-peraturan yang harus diketahui dan dipatuhi para pengunjung ke kampung Baduy yang ada di atas spanduk besar dipasang di pintu masuk ke desa Kanekes. Ketika masuk ke desa Kanekes, saya baru tahu ternyata desa Kanekes itu ternyata kampung Baduy Luar.

Setelah sampai di desa Kanekes (tempat kampung Baduy Luar), saya pun terkesan melihat rumah-rumah masyarakat Baduy Luar yang sederhana. Rumah-rumah di kampung Baduy Luar berjenis rumah panggung yang terbuat dari anyaman bambu yang memakai teknik menganyam, untuk pondasi rumah juga terbuat dari batang bambu dan kayu yang terdapat di hutan sekeliling kampung tersebut. di dalam rumah terdapat hanya 3-4 ruangan yang dipakai dan kamar mandi tersedia air bersih yang disalurkan ke tiap rumah menggunakan selang dan kran yang terpasang di ujung selang.
rumah-rumah Baduy Luar


perkampungan Baduy Luar

smlie ? smile hehe

look, Aida lagi menulis di teras rumah Baduy Luar

kegiatan kami di kampung Baduy Luar
wawancara dengan orang Baduy 
foto bareng teman-temanku :)


Di kampung Baduy Luar yang terletak di Desa Ciboleger sudah berkehidupan modern seperti layaknya kehidupan modern yang dijalani oleh orang luar yang berkebudayaan modern, walaupun kampung Baduy Luar di desa Kanekes sudah berkehidupan modern atau tersentuh kebudayaan luar, kehidupan mereka tetap terkesan sederhana,  tetapi di kampung itu masih tidak ada listrik, hanya menggunakan lampu pertomak atau lampu minyak tanah sebagai penerang di malam hari. Jalanan di kampung Baduy Luar yang pertama kali ditempati masih terbuat dari batu-batuan, sedangkan di bagian bawah rumah Baduy Luar berlapisan tanah warna coklat kemerahan.

Kami berkeliling dari rumah ke rumah yang ada di kampung Baduy Luar untuk meneliti benda-benda kriya hasil kerajinan tangan masyarakat Baduy, mengambil data berupa foto dan wawancara dengan orang asli Baduy termasuk pengrajin kriya Baduy sampai ketika sudah mulai senja. Saya bersama teman-teman sesame perempuan menginap di salah satu rumah yang memiliki warung yang menjual oleh-oleh sekaligus teman kenalan dosen kami.

Di saat sedang melakukan beberapa kegiatan tersebut, kami juga membeli oleh-oleh berupa hasil buah tangan buatan masyarakat Baduy berupa kain tenun, selendang tenun, dan kain batik. Ketika sedang membeli oleh-oleh, kami sempat bercanda dengan penjual oleh-oleh.

Inilah dialog percakapan kami dengan ibu penjual:

Saya           : wah, ada apa ini yah ?

Anggi          : ini lagi beli oleh-oleh

Saya           : sekarang beli oleh-oleh, bukannya bisa besok lusa sebelum kita pulang ke Jakarta ?

Nizar          : belum tentu, katanya besok kita bakal pindah ke kampung Baduy lain

Saya          : masa bener ?

Nizar          : iya bener. Beli oleh-oleh sekarang saja deh

Latul          : tuh bener, beli sekarang aja

Anggi         : yapp

Saya          : eehhmm, oke oke. Saya beli oleh-oleh sekarang aja

Anggi         : yukk beli aja sekarang hahaha

Saya          : Anggiiii… -,-

Nizar          : hahahahahahaha

Saya          : Latul, Aida.. kalian beli apa saja ?

Aida           : saya beli selendang tenun hehe

Latul          : saya beli selendang tenun juga

Saya          : hmm… saya juga mau beli dulu, saya ambil dompet dulu yaa

Setelah ambil dompet yang isinya ada 300 ribu.

Saya          : selendang tenun ini berapa ?

Nizar         : ini harganya 70 ribu, nis

Saya         : wah, mahal banget, lalu kain tenun tebal ini berapa ?

Nizar         : coba tanya ke ibu penjual ya

Saya         : oke sip deh. Bu, berapa rupiah kain tenun ini ?

Bu Penjual : harganya 250 ribu

Saya         : wah mahal banget juga yaa, uangku cuma tinggal 250 ribu, itung-itung buat ongkos pulang 

Anggi        : mahal ya, kalo saya mampu beli Iphone lho

Saya         : masa ??  :3

Anggi        : iya bener lho

Nizar         : yap benar haha

Saya         : eeeeehhhhhhhhhh…. -,-

Selanjutnya saya bersama teman-temanku dan ibu penjual tertawa terbahak-bahak dan ngobrol sesuatu yang sangat kocak dan lucu banget. Hahahaha

Saya akhirnya membeli 1 selendang tenun buat saya sendiri, 1 kain batik Baduy buat ibu saya, dan 1 kaos abu-abu buat adik laki-laki saya.

alat-alat tenun Baduy

selendang tenun Baduy

kain-kain tenun Baduy

kain tenun Baduy yang panjangnya 2 meter harganya 250 ribu 


batik khas baduy

motif songket di kain tenun Baduy

kain polos baduy warna putih terbuat dari kapas

pengrajin wanita Baduy

1 selendang tenun harganya 70 ribu

juga berjualan souvenir Baduy dan madu hutan

tas Koja, selendang tenun, kain tenun, dan kain batik Baduy

baju koko hitam Baduy Luar disebut  jamang kampret

juga berjualan kaos
juga berjualan gelang anyaman terbuat dari kulit kayu pohon teureup

Tibalah di malam hari, kami akan tidur di atas lantai rumah terbuat dari bambu beralaskan tikar plastik dan lengkap ada beberapa bantal. Saat mau tidur, tiba-tiba kami dibangunkan ada bincang-bincang malam sama dosen sambil menceritakan pengalaman apa saja di kampung Baduy Luar. 

Ketika selama itu berlangsung, aku tidak  bisa melihat apapun soalnya di kampung Baduy tidak ada listrik, yang ada Cuma lampu petromax dan senter saja. Tapi kali ini cuma memakai senter saja. Setelah itu, dilanjutkan tidur lagi, tapi kemudian dibangunkan lagi untuk makan malam. Setelah itu tidur lagi, yawwwwwnnnn....



bersambung

Our Dreams High!

Our dreams 
Our high hopes 
Our dreams high 
Mimpi kita....
Mimpi kita tinggi.... 
Meraih mimpi kita yang tinggi....
Tidak susah diraih 
Jika kita berusaha menggapai
Mimpi kita....
Mimpi kita tinggi....
Our dreams high....
Jump! Jump!
Jump! Jump!
Jump to get our dreams high....
With our smiles
Kerja keras kita
Usaha kita
Suatu hari dapat membuahkan hasil
Tak ada salahnya
Jika kita mempunyai mimpi besar
Terkadang mustahil dicapai dan diraih 
Tak ada salahnya
Kita bermimpi besar dan tinggi-tinggi
Sampai ke langit biru yang cerah 
Our dreams
Our dreams high
Jump! Jump!
Jump! Jump!
Jump to get our dreams high....
yaaaayyyyyyy..... 
Go! Go! Go!
Go! Go! Go!
Let's go we jump together....
Jump and get our dreams high !!
Our dreams high.....

(^_^)v  (^_^)v  (^_^)v  (^_^)v  






Kamis, 17 Januari 2013

Jelajah Baduy part I



Hari Jumat tanggal 7 sampai hari Minggu tanggal 9 Desember 2012, saya bersama teman-temanku seangkatan 2011, senior-senior angkatan 2009, dan dosen pak Sopandi menjelajahi ke kampung Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak di bagian selatan Rangkasbitung, propinsi Banten untuk tugas mata kuliah Tinjauan Kriya. 

 ==========================================================

Jumat, 7 Desember 2012

Stasiun Tanah Abang, jam 06.30 WIB


Pada hari Jumat itu sekitar jam 7 pagi kami sudah berkumpul di stasiun Tanah Abang  dan membeli tiket ke stasiun Rangkasbitung seharga 4 ribu rupiah per orang. Setelah itu, kami menunggu kedatangan dosen kami, pak Sopandi.

Setelah pak Sopandi datang, hanya tinggal satu teman kami, Jamilah yang belum kunjung datang, tinggal beberapa menit kereta akan sampai. Akhirnya Jamilah datang ke stasiun tinggal beberapa menit lagi kereta akan datang, dengan dibimbing salah satu senior kami, kak Ananta sudah sampai di stasiun Tanah Abang beberapa waktu lalu, kami dan pak Sopandi menuju ke peron yang di mana tempat senior-senior sudah berkumpul lebih awal. 

10 menit akhirnya kereta menuju Rangkasbitung akhirnya datang, kami angkat tas dan masuk ke kereta satu per satu, di dalam kereta terlihat sepi tempat duduk, kami bebas memilih tempat duduk. Aku duduk di satu bangku bersama Rahil, Lillah, dan Julia, di samping bangku kami duduk terdapat dosen pak Sopandi dan senior-senior kami. 

Selama di perjalanan menuju Rangkasbitung, kami duduk-duduk santai dan ngobrol seru-seruan bersama dosen dan senior kami. Mengingat aku belum sarapan pagi sama sekali, akhirnya saya membeli nasi kuning dan es jeruk yang dijual di kereta sambil menikmati pemandangan yang indah dan udaranya sejul di luar kereta, lalu akhirnya tertidur sambil mengenggam bantal biru kecil yang kubawa.
==========================================================

Stasiun Rangkasbitung, jam 09.45 WIB 


suasana di stasiun Rangkasbitung


Kami sampai di stasiun Rangkasbitung dan turun dari kereta. Suasana di stasiun Rangkasbitung tidak terlalu ramai dan cuacanya panas sekali membuatku kehausan dan membeli segelas teh dingin di warung kecil yang ada di sekitar stasiun Rangkasbitung sembari sambil menunggu aba-aba dari dosen kami. 

Beberapa menit kemudian, akhirnya aba-aba dosen ke kami datang, kami disuruh mengikuti senior ke arah yang ditunjukan, ke belakang stasiun yang ada pasar kecil dan beberapa angkutan umum seukuran mobil biasa. Kami disuruh menunggu yang lain lagi belanja keperluan makanan di pasar. 
Beberapa menit kemudian sekian lama menunggu, kami masuk ke  angkot duluan. Yang lain akhirnya datang sambil membawa beberapa keperluan makanan yang sudah dibeli. Di angkot, aku duduk di depan dan satu kursi panjang dengan Latul, Bunga, Cahaya, dan Anggi. 

Selama di perjalanan menuju ke Desa Ciboleger, tempat salah satu kampung Baduy Luar di Desa Kanekes, kami mendapat beberapa mual dan kepanasan bahkan duduknya kesempitan karena selama di perjalanan angkot yang kami tumpangi berbelok-belok dan naik turun seperti mendaki dan menuruni bukit serta cuacanya semakin panas. kami tidak dapat menahan kantuk, akhirnya pun tertidur di selama perjalanan yang panjang. 



bersambung...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...