Minggu, 9
November 2012
Saya bangun pagi untuk sholat subuh lalu tidur lagi. Sekitar
pukul 6 pagi hari itu yang sungguh indah dan matahari sudah agak tinggi, saya
bisa menghirup udara pagi yang sejuk dan dingin sambil meregangkan kedua
tanganku. Saya segera menjemur bantal kecil kesayanganku di jemuran di bawah
sinar terik matahari cukup panas.
Saya dan teman-teman memberes-bereskan isi barang-barang dan
merapikan isi tas karena hari Minggu itu kami akan segera pulang ke Jakarta dan
merindukan rumah kami masing-masing.
Setelah beres-beres dan merapikan segala isi ke dalam tas kami masing-masing,
saya dan teman-teman disuruh keliling dan mengamati kegiatan aktivitas pagi
yang dilakukan kaum wanita muda dan tua di perkampungan Baduy.
Saya bersama teman-teman dan senior-senior duduk-duduk di belakang
rumah yang kami tempati dekat dengan tempat penumbuk padi. Suasananya sangat
ramai walaupun jam menunjukkan pukul 8 pagi. Terlihat banyak ibu-ibu dan remaja
perempuan ikut andil dalam kegiatan menumbuk padi bersama-sama di satu lesung
(tempat padi ditumbuk) menggunakan alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu
tebal.
Saya mengetahui dari senior yang mewawancari ibu dan nenek orang Baduy. Bahwa
kegiatan menumbuk padi tersebut merupakan awal dari kegiatan adat tradisi yang
diturunkan dari turun-temurun leluhur mereka yang masih dilakukan sampai zaman
sekarang.
Salah satu kegiatan adat tradisi yang diawali menumbuk padi
bersama-sama secara gotong royong di perkampungan Baduy Luar adalah acara
pernikahan di kampung Baduy Luar. kegiatan menumbuk padi dilakukan 3 bulan
sebelum acara pernikahan. Kegiatan adat tradisi ini berbeda dengan adat tradisi
kampung Baduy Dalam.
Setelah itu, kami ke tempat sekretaris desa perkampungan Baduy
Luar untuk berdiskusi dengan kepala desa dan sekretaris desa mengenai desa
Baduy Luar dan Baduy Dalam dan kehidupan penduduk di perkampungan Baduy
termasuk jumlah penduduk di per kampung Baduy yang tersebar di seluruh hutan di
Desa Kanekes, Rangkasbitung, Banten yang sangat luas.
Matahari sudah semakin tinggi dan menunjukan hampir jam 1 siang. Setelah itu, kami berpamitan dengan para sesepuh kampung Baduy
Luar kemudian kami juga berpamitan dengan seluruh penduduk kampung Baduy Luar. Tak
lupa saya mengambil bantak kecil kesayanganku sudah dijempur anget-anget.
Saya
merasa akan merindukan suka duka selama tinggal di kampung Baduy Luar yang
tidak ada listrik. Kemudian kami berkumpul dulu di masjid dekat kampung Baduy
Luar untuk sholat dhuhur dan makan siang dulu sebelum pulang ke Jakarta.
Akhirnya angkot yang kami tunggu datang, sama seperti sebelumnya
kami bersempit ria dan berpanas-panasan di dalam angkot sambil menyelusuri
jalan naik-turun melewati hutan dan bukit serta menikmati pemandangan yang
indah.
Kami sampai ke stasiun Rangkasbitung, membeli tiket kereta untuk pulang cuma
2 ribu rupiah , menunggu kereta datang. Setelah kereta datang, kami langsung
berlarian menghampiri kereta yang isinya sudah hampir separuh penuh. Kami pun
kembali berpanas-panasan dan menikmati pemandangan indah di luar kereta.
Sekitar
dua jam, kami sampai di stasiun Tanah Abang dan pulang ke rumah masing-masing.
Saya sudah dijemput om di depan stasiun Tanah Abang kemudian diantar pulang ke
kosan saya.
Pengalaman berpetualang ke kampung Baduy Luar dan Baduy Dalam
sungguh menyenyakan banget, sampai masih sekarang saya merindukan rasa suka
duka konyol susah sampai shock culture selama waktu tinggal di kampung Baduy
sementara.
Hasil berpetualang ke kampung Baduy yang kami dapatkan adalah pengetahuan
tentang kehidupan kampung Baduy yang sangat luar biasa di lingkungan kehidupan
tradisional yang masih dipertahankan sampai sekarang dari generasi ke generasi
selanjutnya. Aku sangat menghargai kehidupan mereka, kita dapat memetik nilai
dan moral dari mereka.
Selain itu, kami mendapat rasa yang kram dan nyut-nyutan di
seluruh badan kami terasa remuk membuat kami sulit berjalan bahkan
sampai-sampai teman-teman kami menuliskan status konyol mengenai pengalaman dan
betapa remuknya badan kami yang didapatkan selama berpetualang ke kampung Baduy
di facebook hahahaha…. :) :)
Cuplikan status teman kami
di facebook :
“…..remuk banget, mana-mana
tongkat yang aku butuhkan, jalannya sudah kayak nenek-nenek…..”
“….pengalaman ke kampung
Baduy Luar sangat luar biasa dan menyenyakan walaupun yang kami dapatkan yaitu
rasa remuk banget dan nyut-nyutan di kaki dan tanganku…..”
“….Adooww keriting banget
rasanya badanku mau remuk…”
Mengasikan bukan ya ? hehe mari dicoba guys…
Selamat Berpetualang ke Kampung Baduy bagi yang ingin mencoba
merasakan kehidupan suku Baduy Luar dan Dalam :)