Rabu, 08 Januari 2014

Jelajah Baduy part IV - END

Minggu, 9 November 2012

Saya bangun pagi untuk sholat subuh lalu tidur lagi. Sekitar pukul 6 pagi hari itu yang sungguh indah dan matahari sudah agak tinggi, saya bisa menghirup udara pagi yang sejuk dan dingin sambil meregangkan kedua tanganku. Saya segera menjemur bantal kecil kesayanganku di jemuran di bawah sinar terik matahari cukup panas.

Saya dan teman-teman memberes-bereskan isi barang-barang dan merapikan isi tas karena hari Minggu itu kami akan segera pulang ke Jakarta dan merindukan rumah kami masing-masing.

Setelah beres-beres dan merapikan segala isi ke dalam tas kami masing-masing, saya dan teman-teman disuruh keliling dan mengamati kegiatan aktivitas pagi yang dilakukan kaum wanita muda dan tua di perkampungan Baduy.

Saya bersama teman-teman dan senior-senior duduk-duduk di belakang rumah yang kami tempati dekat dengan tempat penumbuk padi. Suasananya sangat ramai walaupun jam menunjukkan pukul 8 pagi. Terlihat banyak ibu-ibu dan remaja perempuan ikut andil dalam kegiatan menumbuk padi bersama-sama di satu lesung (tempat padi ditumbuk) menggunakan alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu tebal. 

Saya mengetahui dari senior yang mewawancari ibu dan nenek orang Baduy. Bahwa kegiatan menumbuk padi tersebut merupakan awal dari kegiatan adat tradisi yang diturunkan dari turun-temurun leluhur mereka yang masih dilakukan sampai zaman sekarang.

Salah satu kegiatan adat tradisi yang diawali menumbuk padi bersama-sama secara gotong royong di perkampungan Baduy Luar adalah acara pernikahan di kampung Baduy Luar. kegiatan menumbuk padi dilakukan 3 bulan sebelum acara pernikahan. Kegiatan adat tradisi ini berbeda dengan adat tradisi kampung Baduy Dalam.

Setelah itu, kami ke tempat sekretaris desa perkampungan Baduy Luar untuk berdiskusi dengan kepala desa dan sekretaris desa mengenai desa Baduy Luar dan Baduy Dalam dan kehidupan penduduk di perkampungan Baduy termasuk jumlah penduduk di per kampung Baduy yang tersebar di seluruh hutan di Desa Kanekes, Rangkasbitung, Banten yang sangat luas.

Matahari sudah semakin tinggi dan menunjukan hampir jam 1 siang. Setelah itu, kami berpamitan dengan para sesepuh kampung Baduy Luar kemudian kami juga berpamitan dengan seluruh penduduk kampung Baduy Luar. Tak lupa saya mengambil bantak kecil kesayanganku sudah dijempur anget-anget. 

Saya merasa akan merindukan suka duka selama tinggal di kampung Baduy Luar yang tidak ada listrik. Kemudian kami berkumpul dulu di masjid dekat kampung Baduy Luar untuk sholat dhuhur dan makan siang dulu sebelum pulang ke Jakarta.

Akhirnya angkot yang kami tunggu datang, sama seperti sebelumnya kami bersempit ria dan berpanas-panasan di dalam angkot sambil menyelusuri jalan naik-turun melewati hutan dan bukit serta menikmati pemandangan yang indah. 

Kami sampai ke stasiun Rangkasbitung, membeli tiket kereta untuk pulang cuma 2 ribu rupiah , menunggu kereta datang. Setelah kereta datang, kami langsung berlarian menghampiri kereta yang isinya sudah hampir separuh penuh. Kami pun kembali berpanas-panasan dan menikmati pemandangan indah di luar kereta. 

Sekitar dua jam, kami sampai di stasiun Tanah Abang dan pulang ke rumah masing-masing. Saya sudah dijemput om di depan stasiun Tanah Abang kemudian diantar pulang ke kosan saya.

Pengalaman berpetualang ke kampung Baduy Luar dan Baduy Dalam sungguh menyenyakan banget, sampai masih sekarang saya merindukan rasa suka duka konyol susah sampai shock culture selama waktu tinggal di kampung Baduy sementara. 

Hasil berpetualang ke kampung Baduy yang kami dapatkan adalah pengetahuan tentang kehidupan kampung Baduy yang sangat luar biasa di lingkungan kehidupan tradisional yang masih dipertahankan sampai sekarang dari generasi ke generasi selanjutnya. Aku sangat menghargai kehidupan mereka, kita dapat memetik nilai dan moral dari mereka.

Selain itu, kami mendapat rasa yang kram dan nyut-nyutan di seluruh badan kami terasa remuk membuat kami sulit berjalan bahkan sampai-sampai teman-teman kami menuliskan status konyol mengenai pengalaman dan betapa remuknya badan kami yang didapatkan selama berpetualang ke kampung Baduy di facebook hahahaha….  :) :) 



Cuplikan status teman kami di facebook :

“…..remuk banget, mana-mana tongkat yang aku butuhkan, jalannya sudah kayak nenek-nenek…..”

“….pengalaman ke kampung Baduy Luar sangat luar biasa dan menyenyakan walaupun yang kami dapatkan yaitu rasa remuk banget dan nyut-nyutan di kaki dan tanganku…..”

“….Adooww keriting banget rasanya badanku mau remuk…”



Mengasikan bukan ya ? hehe mari dicoba guys…
Selamat Berpetualang ke Kampung Baduy bagi yang ingin mencoba merasakan kehidupan suku Baduy Luar dan Dalam :) 

2 komentar:

  1. Kagum dengan cerita dalam artikel Nisa tentang pengalaman di baduy, saya samapai hari ini belum sempat ke sana. Ingin seklai mendapatkan pengalaman seperti Nisa, dari beberapa yang Nisa uraikan membuat saya semangat untuk bisa datang ke lokasi Baduy. he,, he,, he,,,

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih atas komentarnya, pak Indra
      sip sip hehehe semoga keinginan pak Indra dapat mengunjungi kampung Baduy terwujud :)

      salam

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...